Tahun 1984, ketika pertama kali kutinggalkan tanah Bali. Kudengar lagu Teluk Bayur dari pengeras suara yang ada di tower terminal bus Ubung. Masih terngiang lagu itu sampai sekarang. Kalau diubah sedikit syairnya akan menjadi seperti ini
Selamat tinggal Pulau Baliku yang tercinta,
ku kan pergi jauh ke negeri seberang,
ku kan mencari ilmu di negeri orang,
bekal hidup nanti di hari tua..
Kini telah sepuluh tahun sudah aku menapakan kembali kakiku di Pulau Bali tercinta ini. Wajah kusam terminal bus Ubung masih kulihat tidak jauh berubah daripada 26 tahun yang lalu. Hanya bus yang singgah dan menaikkan penumpang lebih banyak jumlahnya. Penumpang pun tak ketinggalan semakin bertambah.
Dulu tahun 1984 bus yang ke Jawa masih bisa dihitung dengan jari. Sekarang sudah tidak terhitung lagi. Hampir setiap saat kalau kita mau keluar Bali ada saja bus yang akan membawanya. Tampaknya Pulau Bali telah menjadi tempat mencari penghidupan kedua setelah kota Metropolitan Jakarta.
Demikian pesatnya perkembangan transportasi, nasib Terminal Bus Ubung tak secerah kocek yang diraup oleh pemerinta kota dari restribusi bus dan mikrolet serta penumpang. Ku kembali menemukan wajah lamannya yang penuh dengan kekumuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar